Upacara ruwat bumi Guci (foto http://wisatategal.com) |
Ruwat Bumi diselenggarakan oleh warga
Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, warga Desa Rembul, Kecamatan Bojong, dan
pengelola Pemandian Air Panas Guci setiap tahunnya.
“Ruwat artinya
rawat" ini bukan merupakan tradisi syirik, tapi bentuk tradisi untuk
merawat bumi. Karena hubungan manusia bukan hanya dengan Tuhan dan
sesama manusia, tapi juga dengan bumi, dengan alam”. Terlebih acara ini dimaksud sebagai rasa syukur
warga atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan juga
sebagai sarana untuk berdo’a bersama agar terhindar dari bencana.
Adapun susunan acaranya adalah:
- Masing-masing pasukan menyiapkan diri dilanjutkan dengan pengumpulan Gunungan dari masing-masing kelompok masyarakat
- Bupati Tegal Enthus Susmono selaku pembina upacara ruwat bumi secara simbolis memandikan kambing ( Wedhus Kendit) yang merupakan simbol upacara ruwatan yang dilaksanakan di Pancuran 13 Pemandian Air Panas Guci
- Pembina upacara ruwat bumi kembali ke lapangan upacara dilanjutkan laporan dari komandan upacara
- Pembacaan riwayat Guci oleh petugas ( yang uniknya secara spontan harus memakai Bahasa Tegalan diinstruksikan oleh pembina upacara)
- Sambutan oleh pembina upacara
- Acara inti berupa ‘rebutan gunungan’ yang berisi hasil bumi dari pertanian masyarakat Desa Guci
- Do’a yang dipimpin langsung oleh pembina upacara (yang juga mengunakan Bahasa Tegalan)
- Hiburan
Makna dari memandikan Kambing Kendit yang berwarna
hitam putih merupakan simbol kehidupan yang terus berputar. Kambing
Kendit ini dimandikan di Pancuran 13 dan kemudian diberi kembang
setaman.
Dalam acara tersebut para peserta mengenakan pakaian adat tegalan, yang bertujuan menunjukan pakaian budaya dan mengenalkan generasi penerus bahwa tegal memiliki pakaian adat khas tegalan, disamping mengenakan baju tegalan dalam acara tersebut menggunkan bahasa tegal asli.
Acara ini rutin dilakukan warga dengan bekerjasama dengan pengelola
Wisata Air Panas Guci, jadi acara ini juga ikut dipromosikan sebagai
agenda wisata budaya kebanggan warga sekitar pada khususnya, dan warga
Kabupaten Tegal pada umumnya. Karena hampir setiap tahunnya, acara ini
selalu dipadati wisatawan baik lokal, maupun dari luar daerah. Sedangkan
waktu pelaksanaanya, disesuaikan dengan keadaan pada saat itu.
Dalam acara tersebut disamping memandikan kambing kendit juga di sediakan gunungan hasil bumi oleh masyarakat sekitar yang nantinya di perebutkan oleh para penonton yang hadir di dalam acara tersebut, konon katanya dengan mengambil hasil bumi yang dibentuk menyerupai tumpeng bisa menambah keberkahan menuru warga sekitar.