Wednesday, February 3, 2016

AGROWISATA KERETA ANTIK

PG Pangka didirikan pada jaman Belanda dengan pemiliknya “NV-MIJTOT EXPLOITATIE DERT SUIKER FABRIEKEN” yang dikelola oleh NV-KOZY dan SUCIER yang berkedudukan di Surakarta. Sejak tahun 1832 perusahaan ini sudah berproduksi dan pada tahun 1851 perusahaan ini disempurnakan keadaannya. Dengan berdasarkan UU No. 86/1958 dan PP No. 19/1959 terjadi pengambilalihan perusahaan ini dari perkebunan ex Belanda. Dengan adanya nasionalisasi, perusahaan berubah statusnya menjadi Pusat Perkebunan Negara Baru (PPN Baru) yang diatur dalam PP No. 24/1958 dan SK Menteri No. 229/UM/57 tanggal 10 Desember 1957.  Di Jawa Tengah ini PPN Baru mengelola dua Pabrik Gula dan PSA termasuk didalamnya PG Pangka.  Berdasarkan PP No. 141 / 1961, maka berubah menjadi PPN Kesatuan Jateng II, untuk PG PANGKA termasuk di dalamnya.
Hal menarik hingga kini tentang operasionalisasi PG Pangka adalah transpotasi tebu masih menggunakan rel kereta, dibangun lebih 150 tahun yang lalu dengan lokomotif kuno bermesin uap maupun diesel, terbuat pada kisaran tahun 1915. Dijamannya, penggunaan kontruksi rel kereta dan lokomotif uap merupakan rekayasa teknologi canggih. Masih beroperasinya lokomotif kuno mengundang minat wisatawan asing yang umumnya dari eropa berkunjung ke PG Pangka. Selain tertarik dengan lokomotif tua yang masih berfungsi, mereka juga kagum pada pengolahan gula yang masih menggunakan teknologi era 1800-an, sesuatu yang langka untuk ukuran perusahaan eropa saat ini. Berkunjung ke PG Pangka adalah belajar sejarah dengan nyata, bukan dari buku atau film dokumenter. Bahkan diantara wisatawan mencoba lokomotif uap sampai berulang-ulang, bangga rasanya masih bisa menggunakan hasil karya kakek-kakek saya. Demikian pengakuannya. Anak cucu pendiri dan pengelola pabrik era kolonial Belanda juga banyak berkunjung, mereka senang bisa bernostalgia dimana orang tua dan kakeknya dulu pernah tinggal, berkunjung ke pabrik dan jalan-jalan diperkebunan tebu, sambil membayangkan kakek-kakek mereka dulu bekerja.
Fenomena yang dapat dikembangkan menjadi wisata eksklusif, bila umumnya berkunjung ke museum hanya melihat barang-barang saksi sejarah, maka melihat PG Pangka adalah bicara pada sejarah peradaban manusia yang terus berkata-kata. Atas inisiatif Laksono Hujianto, maka dicetuskan suatu ide obyek wisata dalam jingle “Loco Antik”, suatu paket wisata bernuansa langka sebagai media edukasi dan rekreasi. Loco Antik merupakan ikon representasi dari loco yang terbuat pada tahun 1927. Ditarik lokomotif tua, digunakan dalam perjalanan wisata rekreasi melihat pemandangan perkebunan tebu dengan jarak ± 10 Km. Kapasitas loko antik terdiri dari 3 gerbong kereta dengan kapasitas 75 untuk orang dewasa, sedang untuk anak-anak bisa memuat sampai 100 anak.

FASILITAS UMUM WISATA LOKO
Ada dua jalur yang ditawarkan :
1.    Jalur arah Barat Laut, melintasi perkampungan dan perkebunan tebu;
2.  Jalur Timur Laut, melintasi perkebunan tebu sambil menikmati keindahan pegunungan Waduk Cacaban.

Wisata loco antik ditunjang dengan kegiatan :
1.    Kunjungan lebih dekat tentang proses pembuatan gula pasir dari tebu.
2.   Presentasi deskriptif tentang sejarah PG Pangka dan tata cara baku menanam tebu;
3.   Acara ekslusif yang dinantikan pengunjung, bahkan wisatawan mancanegara adalah ritual “Temanten Tebu”, acara yang dilaksanakan hanya sekali dalam setahun, tepatnya pada selamatan pesta giling (April-Mei). Ritual yang mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan sang penguasa alam. Simbol penganten tebu, diambil dari tebu milik petani dan milik PG Pangka. Satu simbol persatuan antara petani dan PG dalam menyongsong panen raya dan giling.
Share:

Rumah Dijual
Powered by Blogger.

ARSIP